Pada bulan Juni lalu, tingkat inflasi AS sukses mencetak rekor tertingginya selama kurun waktu empat dekade. Bahkan, ternyata level itu lebih tinggi daripada yang analis sempat prediksi sebelumnya. Data dari Biro Statistik Tenaga Kerja menunjukkan bahwa CPI-U telah meroket menjadi 9,1%. CPI-U adalah indeks harga konsumen untuk semua konsumen urban.
Faktanya, angka ini lebih tinggi daripada prediksi para analis. Sebelumnya, jajak pendapat dari Reuters dan Dow Jones memprediksi akan adanya kenaikan sebesar 8,8%. Parahnya lagi, ternyata angka 9,1% ini adalah level tertinggi inflasi sejak bulan November 1981 silam. Oleh karena itulah, berinvestasi dalam aset kripto saat ini dianggap sebagai investasi yang cukup berisiko. Apalagi, sebagian market belum memperoleh regulasi yang memadai.
Pengaruh Inflasi terhadap Harga Aset Kripto
Jika entitas keuangan terus berupaya untuk menaikkan suku bunga, maka langkah itu bisa menekan harga bitcoin, dan akhirnya membuat dolar semakin menguat. Selain itu, suku bunga yang semakin tinggi juga dapat mengurangi permintaan terhadap mata uang digital.
Brett Sifling, seorang advisor investasi untuk Gerber Kawasaki Wealth & Investment Management berpendapat bahwa langkah The Fed yang berkomitmen menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi ini akan berakibat pada arah minat investor. Brett berkomentar, aksi penaikan suku bunga secara agresif seperti itu bisa menyebabkan sekuritas yang rendah risiko sekaligus menjanjikan bunga menjadi lebih menarik dibandingkan instrumen lainnya.
Risiko Kebijakan The Fed
Namun, di sisi lain, Rosmer memperingatkan bahwa pasar kredit berpotensi “ambrol” jika Federal Reserve terus menaikkan suku bunga ke tingkat yang berlebihan. Sehingga, langkah itu akan menyebabkan kondisi perekonomian global menjadi semakin tidak kondusif.
Ia berpandangan bahwa Bitcoin dan aset kripto mungkin harus bersiap untuk turun. Tetapi, pergerakan lingkup makro saat ini ia yakini tengah berjalan pada jalur kenaikan dalam beberapa bulan mendatang. Selanjutnya, Rosmer menekankan lagi, “[Skenario] ini akan memakan waktu, tetapi para oposisi Bitcoin akan terkejut.”
Oliver Gale memiliki sudut pandang yang sama. Ia berpendapat bahwa saat ini, investasi yang berisiko rendah cenderung unggul. “Sekuritas dengan imbal hasil akan lebih unggul karena suku bunganya naik,” katanya. “Dolar bisa terus melambung, [dan] menciptakan kekacauan di pasar.” Dan jika terus berlanjut, maka The Fed berisiko akan “menyebabkan kekacauan terhadap pasar kredit atau penurunan besar dalam ekuitas,” ungkap Gale.
Gale Percaya Bitcoin Akan Kembali Meroket dan Cetak Rekor Tertinggi (ATH)
Menurut Gale, prediksi turunnya harga minyak dan komoditas penting lainnya bisa memberikan ruang bagi The Fed untuk menurunkan tingkat pengetatan regulasinya. Ia juga yakin bahwa situasi seperti itu mungkin tidak lama lagi akan terjadi. Prediksi itu semakin diperkuat dengan kemungkinan terjadinya perlambatan Produk Domestik Bruto (PDB) global. Nah, jika skenario itu benar-benar terjadi, maka pandangan semua orang akan tertuju pada resesi.
Ketika momen itu tiba, ekuitas dan Bitcoin kemungkinan besar akan mencapai titik terendahnya. Dan dari sanalah, Gale yakin bahwa kita akan segera melihat awal kenaikan Bitcoin. Gale mengungkapkan,
“Akan butuh waktu untuk skenario ini bisa berjalan, tetapi dalam satu atau dua tahun ke depan, saya tidak akan terkejut jika Bitcoin mencapai rekor tertingginya [lagi].”
Artikel Terkait