Gold vs. Bitcoin
Sejak awal kemunculannya pada tahun 2009 oleh pencipta anonymous Satoshi Nakomoto, Bitcoin telah mengalami lonjakan nilai yang luar biasa, hingga berhasil menarik perhatian global. Kapitalisasi pasarnya melebihi US$1 triliun pada bulan April 2021, membuktikan kemampuannya dalam menarik minat banyak investor yang kini membandingkan Bitcoin dengan emas sebagai alat penyimpan nilai.
Secara tradisional, para investor dan trader mengandalkan aset seperti properti, saham, obligasi, dan emas sebagai alat untuk menyimpan kekayaan mereka. Emas, khususnya, telah dianggap sebagai lindung nilai yang dapat diandalkan terhadap inflasi dalam jangka waktu yang panjang. Namun, kemudian muncullah mata uang digital, yand hadir sebagai jenis aset baru yang semakin diakui sebagai alat penyimpan nilai dan alat tukar untuk transaksi sehari-hari. Dalam konteks ini, Bitcoin telah diberi julukan “emas digital.”
Apa itu Alat Penyimpan Nilai?
Alat penyimpan nilai adalah aset yang mampu menjaga nilainya dari waktu ke waktu dan dapat dengan mudah disimpan dan diambil kembali. Berbeda dengan uang fiat yang cenderung kehilangan nilainya seiring waktu akibat hantaman inflasi, aset seperti saham, obligasi, dan properti seringkali dipilih sebagai investasi untuk mempertahankan nilainya dan sekaligus punya potensi untuk meningkatkan kekayaan. Hanya saja, investasi-investasi ini terpengaruh pada fluktuasi pasar dan dapat saling berkorelasi. Artinya, semua aset tersebut dapat dipengaruhi oleh kondisi pasar yang serupa.
Inilah sebabnya mengapa muncul perdebatan antara Bitcoin dan emas sebagai alat penyimpan nilai. Emas telah menjadi penyimpan nilai yang dapat diandalkan selama ribuan tahun, secara tangguh bertahan dari naik turunnya berbagai sistem keuangan. Emas kerap dianggap sebagai aset safe haven, karena dapat menjaga nilainya bahkan selama masa ketidakstabilan pasar. Di sisi lain, Bitcoin muncul sebagai aset digital terdesentralisasi yang menawarkan daya tahan, kelangkaan, dan privasi serta keamanan.
Mengapa Emas Merupakan Alat Penyimpan Nilai yang Populer?
Emas memiliki sejarah panjang sebagai aset yang dihargai karena sifat-sifat uniknya, seperti ketahanannya terhadap oksidasi (bahasa mudahnya, tidak akan berkarat) dan kemampuannya dalam menciptakan koin dan juga perhiasan. Emas telah digunakan sebagai alat tukar dan medium untuk menjaga kekayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Namun, sistem moneter berstandar emas, di mana nilai uang kertas didukung oleh emas, telah menjadi kurang umum seiring berjalannya waktu.
Mengapa Bitcoin Adalah Alat Penyimpan Nilai?
Di sisi lain, Bitcoin adalah aset digital yang relatif baru yang beroperasi secara independen dari bank sentral dan pemerintah. Bitcoin memiliki pasokan terbatas sebanyak 21 juta koin, sehingga memberikan sifat keterbatasan yang serupa dengan emas. Sifat desentralisasi Bitcoin dan transparansinya melalui teknologi blockchain telah berkontribusi pada adopsinya yang semakin meningkat sebagai alat tukar dan penyimpan nilai.
Baik emas maupun Bitcoin memiliki karakteristik yang menarik sebagai alat penyimpan nilai. Emas adalah benda fisik yang dapat diraba dan memiliki reputasi yang terjaga stabilitasnya, sedangkan Bitcoin menawarkan keunggulan berupa portabilitas, pembagian yang mudah, dan privasi. Jadi, pilihan antara Bitcoin dan emas sebagai penyimpan nilai tergantung pada preferensi individu dan toleransi risiko masing-masing.
Sekilas ke Masa Lalu: Stabilitas dan Tradisi Emas
Emas telah teruji oleh waktu sebagai alat penyimpan nilai yang dapat dipercaya, menjadi simbol kekayaan, kekuatan, dan stabilitas sepanjang sejarah. Dengan catatan prestasi yang mencakup berabad-abad, logam mulia ini telah terbukti tahan banting dalam berbagai goncangan ekonomi, mulai dari keruntuhan peradaban kuno hingga krisis keuangan modern, secara konsisten menjaga nilainya dari generasi ke generasi.
Lindung Nilai terhadap Inflasi dan Tangibilitas
Salah satu keunggulan mencolok dari emas adalah perannya sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Sementara mata uang fiat mungkin mengalami penurunan daya beli akibat inflasi, emas seringkali menunjukkan ketahanannya bahkan berhasil mencatatkan kenaikan nilai selama periode-periode tersebut. Hal ini menjadikannya sebagai pilihan menarik bagi para investor yang ingin melindungi kekayaan mereka dari pengikisan yang disebabkan oleh inflasi.
Terlebih lagi, sifat fisik emas mampu menawarkan rasa keamanan dan tangibilitas yang tidak dimiliki oleh aset digital. Daya tarik ke aspek fisik kekayaan yang nyata ini tentunya menarik bagi individu yang menghargai pengalaman taktil dan kehadiran aset fisik.
Tantangan dan Pertimbangan
Namun, penting untuk menyadari bahwa emas juga memiliki kelemahannya tersendiri. Penyimpanan dan transportasi emas bisa menjadi mahal dan kompleks secara logistik, terutama ketika berurusan dengan jumlah yang signifikan. Kejadian pencurian yang fenomenal, seperti perampokan Brink’s-Mat yang terkenal di London pada tahun 1983, di mana para pencuri mencuri emas senilai £26 juta, menjadi pengingat akan risiko yang dibawa oleh aspek penyimpanan dan transportasi dari logam mulia ini.
Apakah Bitcoin Pilihan Investasi yang Lebih Bijak daripada Emas?
Selama dekade terakhir, Bitcoin telah terbukti sebagai investasi yang sangat sukses, dan dianggap sebagai kemajuan teknologi yang revolusioner. Sementara itu, investor emas telah mengalami keuntungan yang relatif sedikit dalam periode yang sama. Hal ini sebagian dipengaruhi oleh harga emas yang sudah tinggi. Namun, penting bagi investor untuk fokus pada saat ini dan masa depan daripada terpaku pada tren masa lalu.
Data oleh YCharts
Saat ini, Bitcoin dianggap sebagai investasi momentum, sementara emas dianggap sebagai investasi nilai. Sebuah riset menunjukkan bahwa kombinasi aset nilai dan momentum dapat menghasilkan keuntungan jangka panjang yang menguntungkan, karena gaya investasi ini menunjukkan kinerja positif dengan korelasi negatif satu sama lain. Oleh karena itu, memiliki baik Bitcoin maupun emas dapat memberikan manfaat yang lebih besar daripada hanya memiliki salah satu aset ini secara individual.
Selanjutnya, volatilitas merupakan faktor yang tidak kalah penting untuk dipertimbangkan. Dan faktor ini juga mampu membedakan antara emas dan Bitcoin. Emas secara historis menunjukkan tingkat volatilitas yang serupa dengan saham, tetapi berfungsi sebagai lindung nilai yang dapat diandalkan selama masa krisis, dengan volatilitas tahunan rata-rata sekitar 16 persen. Di sisi lain, Bitcoin dikenal karena volatilitasnya yang lebih tinggi. Dengan mengestimasi volatilitas tahunan berdasarkan volatilitas harian, volatilitas tahunan Bitcoin adalah sekitar 40 persen, sehingga membuatnya 2 hingga 3 kali lebih volatil dibandingkan emas.
Terlepas dari itu, kalangan investor yang cenderung konservatif dan khawatir dengan volatilitas Bitcoin masih dapat menyertakannya dalam portofolio mereka dengan menyesuaikan ukuran posisi berdasarkan toleransi risiko mereka. Dengan mengalokasikan persentase yang lebih kecil dari portofolio mereka untuk Bitcoin, investor konservatif ini tetap dapat berpartisipasi dalam potensi pertumbuhan Bitcoin sembari tetap mengelola dampak volatilitasnya.
Sebagai contoh, mengalokasikan sekitar 3 persen untuk Bitcoin dan 7 persen untuk emas dapat memberikan pendekatan seimbang bagi investor konservatif. Strategi ini memungkinkan mereka memanfaatkan potensi pertumbuhan Bitcoin sambil mengandalkan stabilitas emas sebagai lindung nilai. Inti dari strategi ini adalah bahwa investor konservatif tidak harus selalu mengabaikan potensi Bitcoin karena volatilitasnya, tetapi sebaliknya menyesuaikan alokasi portofolio mereka sesuai dengan toleransi risiko dan tujuan jangka panjang masing-masing.
Tesis “Emas Digital” Mulai Terbukti
Emas telah lama dianggap sebagai aset yang sebanding dengan Bitcoin, dan statusnya sebagai alat penyimpan nilai digital telah menjadi fitur utamanya. Pemerintah di seluruh dunia telah menerapkan kontrol keuangan yang lebih ketat atas berbagai alasan, yang dapat lebih menyoroti keuntungan dari aset kripto, seperti kedaulatan diri dan desentralisasi.
Aset global paling berharga yang dapat diperdagangkan. Sumber: 8marketcap.com
Bitcoin, seringkali disebut sebagai “emas digital,” karena memiliki kesamaan dengan emas sebagai penyimpan nilai dan medium pertukaran. Namun, terdapat perbedaan yang mencolok antara keduanya.
Sementara emas memiliki kegunaan tambahan sebagai bahan pembuatan perhiasan, sifat fisiknya menimbulkan tantangan dalam hal penyimpanan dan transfer. Di sisi lain, Bitcoin dapat ditransfer dengan cepat dan efisien karena sifatnya yang digital, menghilangkan kebutuhan akan keterlibatan pihak ketiga dalam transaksi.
Perbedaan lainnya adalah proses verifikasi. Memverifikasi keaslian batangan emas membutuhkan keahlian, sedangkan verifikasi transaksi Bitcoin dapat dilakukan dengan mudah melalui platform online.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, banyak anggota komunitas percaya bahwa pergeseran minat menuju Bitcoin sebagai medium pertukaran yang lebih disukai pada akhirnya tak terhindarkan.
Persamaan antara Bitcoin dan Emas
Likuiditas Baik Bitcoin maupun emas memiliki pasar yang likuid di mana keduanya dapat ditukar dengan uang fiat. |
Keterbagian (Divisibilitas) Kedua aset dapat dibagi menjadi jumlah yang lebih kecil. |
Kelangkaan Baik Bitcoin maupun emas memiliki pasokan terbatas, menjadikannya perlindungan yang efektif terhadap inflasi. |
Korelasi dengan pasar keuangan lainnya Baik Bitcoin maupun emas menawarkan perlindungan terhadap saham karena korelasinya yang rendah dengan pasar saham. |
Tidak ada bunga Baik Bitcoin maupun emas tidak membayar bunga, tetapi nilainya dapat dibandingkan dengan biaya peluang dari memegang uang tunai. |
Metode pengambilan Baik Bitcoin maupun emas diperoleh melalui penambangan, berbeda dengan mata uang kertas yang dapat dicetak secara bebas. |
Perbedaan antara Bitcoin dan Emas
Bitcoin | Gold | |
---|---|---|
Nilai intrinsik | Bitcoin tidak memiliki nilai intrinsik, nilainya tergantung pada kekuatan pasar. | Emas secara historis telah digunakan sebagai bahan perhiasan atau untuk aplikasi industri. |
Keterbatasan pasokan | Pasokan Bitcoin dipangkas setiap empat tahun dan memiliki batas maksimal 21 juta. | Emas ditambang setiap tahunnya. |
Keamanan & kendali | Bitcoin bersifat terdesentralisasi dan tidak dikendalikan oleh entitas manapun, termasuk pemerintah sekalipun. | Emas mengandalkan bank dan kustodian untuk keamanannya. |
Penyimpanan | Bitcoin tidak memerlukan penyimpanan fisik atau asuransi, jadi bisa menghemat biaya yang terkait. | Emas adalah aset fisik, dan memiliki emas memerlukan biaya berkelanjutan seperti penyimpanan, perawatan, dan keamanan. |
Transportasi | Bitcoin sangat portabel dan dapat dikirim dan diterima dengan cepat dengan gesekan minimal, selama pengguna memiliki akses ke kunci pribadi mereka. | Emas membutuhkan transportasi fisik antar kota, negara, dan benua, yang dapat mahal, memakan waktu, dan memerlukan logistik yang rumit. |
Nilai pasar | Total nilai pasar Bitcoin lebih kecil dibandingkan dengan emas. | Total nilai pasar pasokan emas lebih besar dibandingkan dengan Bitcoin. |
Volatilitas | Bitcoin terkenal karena volatilitasnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan emas. | Emas memiliki volatilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan Bitcoin dalam jangka waktu harian, mingguan, dan tahunan |
Kesimpulan
Baik Bitcoin maupun emas, keduanya berfungsi sebagai alat lindung nilai di tengah melemahnya dolar AS. Namun, penting untuk mempertimbangkan karakteristik yang berbeda di antara keduanya. Emas, dengan sejarah panjangnya, tetap menjadi aset yang dapat diandalkan untuk menyimpan kekayaan dan menjadi tempat perlindungan yang terpercaya di tengah ketidakstabilan. Di sisi lain, Bitcoin adalah pendatang baru di pasar yang mampu menawarkan keunggulan seperti pasokan yang terbatas, pembagian (divisibilitas) yang mudah, dan kemampuan transfer yang lancar. Keunggulan-keunggulan inilah yang menjadikan Bitcoin pilihan yang lebih memikat untuk mempertahankan nilai jika dibandingkan dengan emas.
Bitcoin berhasil memperoleh predikat sebagai pilihan investasi yang menarik, berkat rekam jejaknya yang mengesankan dalam memberikan keuntungan yang luar biasa. “Raja kripto” ini berpotensi memberikan keuntungan yang luar biasa, namun dengan risiko yang lebih terkendali. Di sisi lain, emas mengikuti keseimbangan risiko-keuntungan yang lebih konservatif. Sehingga, hal ini dapat membatasi potensi pertumbuhan eksponensial emas dibandingkan dengan Bitcoin. Jika kamu merasa tertarik oleh salah satu dari keduanya, melakukan diversifikasi portofolio investasi dengan memiliki keduanya bisa menjadi langkah bijak.